
Aris Sandi Nurhadi. Sebuah nama yang indah bukan? kalau dilihat dari kata Nurhadi, nur itu berarti cahaya. Yups, Aris memang bak cahaya bagiku, si ceria penyala api semangat :) kenapa bisa begitu? Tarraaaa…
Cerita berawal dari survey part II yang kami lakukan.
Siang itu kami laskar UMengajar sedang berada di SMP Satu Atap. Satu-satunya SMP yang berada di desa Ngadas. Meskipun satu-satunya SMP yang ada dan jauh dari kata sempurna namun semua itu tidak menyurutkan niat mereka dalam menuntut ilmu. Satu lagi, hujan yang sedikit lebat saat itu tetap membuat para siswa SMP Satu Atap berbondong-bondong masuk sekolah. Pasti jarak sekolah dengan rumah para siswa deket kan? Well, sama sekali tidak! Bayangin! 5 KM mereka tempuh dengan jalan kaki! Hmmm.. keren gak sih :o
Dengan berseragamkan jaket mereka menunggu giliran masuk kelas. FYI, sore itu hanya ada satu pengajar yang bisa ngajar di SMP tersebut. Memprihantinkan, tiga kelas, yakni kelas VII, VIII, dan IX hanya dihandle satu orang guru. Akhirnya, diluar rencana, dengan penuh tekad kami memutuskan untuk membantu mengisi kekosongan guru tersebut. Satu per satu dari kami pun memasuki kelas yang ditunjukkan.
Terharu. Itulah perasaan yang saat itu muncul di benakku. Kenapa? Hmmm.. kelas becek akibat hujan kemarin malam tanpa ampun membanjiri kelas. Anehnya, mereka kelas VII dan VIII yang saat itu dijadiin satu, tanpa beban memasuki kelas dengan bahagia. Tak satupun dari mereka merasa jijik dengan pemandangan yang tidak seharusnya ada diruang kelas biasanya.
Kelas dadakan itu pun dimulai. Tak kenal maka tak sayang kan? Kami pun satu per satu memperkenalkan diri kami. Perkenalan singkat itu pun mereka sambut dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Saat itu, di sudut lain mataku tertuju pada bocah laki-laki yang baru kuketahui bernama Aris Sandi Nurhadi. Bocah berlesung pipit sebelah kanan itu begitu paling antusias dan semangat menyambut kedatangan kami. Tidak jarang dia mengkode temen-temennya untuk bertepuk tangan meskipun kami tidak menyuruh untuk bertepuk tangan. Hal kecil itu membuatku “love at the first sight to him”. Sesi perkenalan singkat pun usai.
Games edukasi, My name my style. Itulah tahap pertama kami mengakrabkan diri bersama mereka. Games kali ini emang gagal, tapi tidak untuk Aris. Ketika semua temen-temenya satu persatu meninggalkan kelas karena kurang nyaman dengan bermain games yang membutuhkan ke-pe-dean tingkat dewa tersebut, Aris dengan tetap bersemangat ingin meneruskan games tersebut sampai selesai. Melihat wajah kami yang sedikit kecewa karena kegagalan games tersebut, Aris dengan semangat khasnya menyuruh temen-temennya untuk masuk kelas. Tekad baik Arispun bertepuk sebelah tangan.
Magic sticks. Games edukasi kedua yang aku asal kasi nama aja biar sedikit menarik untuk didengar. Hahaha. Dalam permainan ini dibutuhkan kerjasama kelompok yang baik dan tim yang kalah harus bersedia membersihkan kelas. Lagi, Aris mengikuti games dengan penuh semangat dan sportif. Tak enggan dia menegur timnya yang berusaha berbuat curang. Yup, timnya berhasil mengusung poin tertinggi dalam permainan magic sticks. Sesuai kesepakatan bersama, tim yang kalah wajib membersihkan kelas. Satu per satu tim yang kalah pun berlarian menuju halaman sekolah. Lagi dan lagi tidak untuk Aris. Meskipun dia menang dalam game terebut, dengan semangat dia rela membersihkan kelas. Ketika dia mencoba menegur tim yang kalah. Lagi, teguran Aris bertepuk sebelah tangan. Namun, dia tetaplah si ceria penyala api semangat. Dia pasti ketua kelas, pikirku. Namun, pikiran itu terpatahkan ketika aku bertanya kepada si empunya. Dia bukan ketua kelas, bukan juga pengurus kelas.
Matematika asyik. Dalam pelajaran matematika kali ini, pelajaran matematika kami bikin tidak seserem seperti biasanya. Menggambar dan mengarang cerita kami pilih sebagai metode pembelajarannya. Awalnya, banyak sekali para siswa yang keluar kelas memilih bermain bola diluar. Lagi, lagi, dan lagi, Aris dengan bernyala api semangat menyuruh temen-temen mengikuti pelajaran. Kali ini, usaha Aris cukup membuahkan hasil. Satu per satu murid kelas VII dan VIII memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai. FYI, Aris tidak hanya mempunyai skill leadership saja, ternyata bakat dia menggambar wajib diacungi empat jempol :). Dengan bangga dia menunjukkan gambar jerapah dan gunung Bromo kepada kami. “Pagi hari saya ke ladang di pegunungan dan saya senang sekali, punya desa yang ada pegunungannya”. Cerita Aris dalam gambar tersebut :)
Dengan bertemu Aris aku sadar bahwa every child is special :). Aris, si ceria penyala api semangat :). Aris, tidak pernah berhenti membuatku dan laskar UMengajar yang lain untuk terus bersemangat mendidik, mengabdi, dan menginspirasi anak bangsa :). Aris Sandi Nurhadi, semoga Tuhan selalu mempertemukanmu dengan kebahagiaan :).
Komentar
Posting Komentar