Siswa kelas enam sekolah dasar di
Indonesia akan segera menghadapai Ujian Nasional.. Setiap sekolah telah
mempersiapkan peserta didik masing-masing dengan berbagai metode baik melalui
ujian uji coba, tambahan jam pelajaran, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan
demi kelulusan para peserta didik mereka. Begitu pula dengan SDN Taji 02
Kecamatan Jabung, mereka akan segera menghadapi Ujian Nasional kemudian lulus
dari sekolah mereka menjadi seorang alumni. Seperti siswa pada umumnya,
melanjutkan ke SMP adalh salah satu pilihan setelah lulus dari sekolah dasar.
Akan tetapi, ada yang berbeda dari para siswa SDN Taji 02 ini. Tidak banyak
pilihan sekolah yang mereka punya, hanya ada dua pilihan bagi siswa lulusan SDN
Taji 02 yang berkeinginan untuk melanjutkan sekolah; SMP Terbuka atau pondok
pesantren.
Selain desa kecil yang bertempat di
wilayah jauh dari perkotaan, desa Taji dan sekitarnya juga tidak memiliki
Sekolah Mengengah Pertama. Pilihan para siswa SDN Taji 01 yang ingin
melanjutkan ke SMP hanyalah satu, yaitu SMP Terbuka. Menurut Wikipedia, SMP
Terbuka adalah lembaga pendidikan formal ynag tidak berdiri sendiri melainkan
merupakan bagian dari sebuah SMP induk yang dalam penyelenggaraannya
menggunakan metode belajar mandiri. Dengan karaktersitik SMP Terbuka yang hanya
menggunakan metode mandiri, tentu SMP ini menjadi pilihan para lulusan SDN Taji
02 karena jauhnya jarak antara desa mereka ke SMP terdekat. Berangkat sekolah
setiap hari juga tidaklah memungkinkan sehingga mereka lebih memilih SMP
Terbuka karena mereka hanya perlu berangkat ke sekolah sekali dalam satu bulan.
Hal seperti ini memang sangat memilukan karena belajar mandiri belumlah tentu
efektif untuk perkembangan ilmu meraka. Buku sebagai sarana belajar juga belum
tentu mereka miliki. Alhasil ilmu yang mereka dapatkan juga tidak sebanding
dengan para siswa SMP regular yang mendapat fasilitas belajar setiap hari.
Namun apa daya mereka yang berada di wilayah seperti desa Taji ini. Mampu
melanjutkan ke SMP adalah hal yang sangat menguntungkan daripada harus putus
sekolah.
Pilihan kedua dari para lulusan SDN
Taji 02 adalah pergi ke pondok pesantren. Mungkin pilihan ini lebih menjanjikan
daripada harus pergi ke SMP Terbuka karena anak akan mendapat fasilitas belajar
setiap hari. Akan tetapi, biaya ke pondok pesantren juga perlu dipertimbangkan.
Tidak semua kepala keluarga mampu membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolah
ke pondok pesantren. Selain itu, beberapa siswa SDN Taji 02 juga perlu membantu
orang tua mereka dalam kehidupan sehari-hari, sepertimencari rumput, turun
untuk menjual hasil panen ke pasar, dan lain-lain. Untuk anak-anak yang
memiliki kesibukan seperti ini, pergi ke pondok pesantrenyang mengharuskan
siswa tinggal di asrama adalah pilihan yayng sulit karena mereka memiliki
tanggung jawab di rumah. Pada akhirnya, SMP terbuka adalah pilihan mereka
supaya tidak sampai putus sekolah.
Pertanyaan selanjutnya adalah mampukan
para siswa SMP Terbuka ini belajar mandiri secara efektif dan maksimal? Hal ini
mungkin akan sangat sulit untuk dilakukan. Alasan pertama adalah para lulusan
tersebut tentunya akan bekerja jika tidak ke sekolah. Beberapa dari mereka
mengatakan kalau mereka akan mencari ruput untuk makanan sapi ketika mereka
tidak bersekolah. Waktu untuk belajar mungkin akan sangat sedikit dan belum
tentu bisa digunakan secara maksimal. Alasan kedua adalah tidak adanya
fasilitator. Dalam belajar mandiri, tentunya kita akan mengandalkan kemampuan membaca.
Namun bagaimana dengan mata pelajaran seperti matematika? Bisakah dipelajari
tanpa fasilitator? Jawabanya mungkin untuk beberapa anak bisa akan tetapi
kebanyakan akan berkata tidak. Mereka tetap membutuhkan fasilitator untuk
belajar dan memahami materi yang mereka pelajari. Bertemu dengan guru hanya
satu bulan sekali tidaklah efektif untuk menunjang perkembangan pengetahuan
mereka.
Para siswa SDN Taji 02 mungkin hanya
memiliki dua pilihan jika berkeinginan untuk melanjutkan sekolah; SMP Terbuka
dan pondok pesantren. Setiap pilihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Akan tetapi, tidak ada hal di dunia ini yang tidka mungkin.
Mungkin saat ini tidak ada fasilitas pendidikan yayng memadahi, akan tetapi 10
tahun mendatang mungkin akan dibangun sebuah Sekolah Menengah Pertama di daerah
tersebut dan memajukan taraf pendidikan masyarakat disana.
Komentar
Posting Komentar