Tepat tanggal 6 Oktober 2018 Laskar Dewantara Batch VI menjalani pengabdian pertama mereka. Kami mendapat nama kelompok “Hastinapura” yang merupakan nama dari Kerajaan Pandawa dalam kisah pewayangan, kami beranggotakan 12 Laskar Dewantara yang ditugaskan mengabdi di SDN 1 NGADAS. Ini merupakan sekolah dasar terakhir yang dekat dengan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, jalan yang berbukit dan menurun menjadikan perjalanan harus ekstra hati-hati karena bila tidak, kemungkinan terjadi hal yang tak diinginkanpun sangat besar. Letak geografis desa yang berada di pegunungan membuat mata pencaharian warganya menjadi petani sayur-sayuran dan pemandu wisata, karena letaknya yang dekat dengan Wisata Bromo-Tengger-Semeru. SDN 1 NGADAS sendiri terletak di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo yang merupakan kecamatan di ujung timur Kabupaten Malang. Desa Ngadas sendiri berada di atas bukit, namun pemukiman orang-orang di desa ini sudah sangat padat dilihat dari bangunan rumah masyarakatnya. SDN I NGADAS sendiri berada di tengah pemukiman masyarakat Desa Ngadas, SD ini juga satu kawasan dengan taman kanak-kanak di Desa Ngadas yang berada di belakang bangunan SDN 1 NGADAS.
Masyarakat di desa ini sangat ramah
terbukti dengan kedatangan kami para Laskar Dewantara yang disambut dengan sapa
ramah khas masyarakat desa. Keyakinan beraneka ragam yang dianut masyarakat
Desa Ngadas membuat kami belajar lebih dekat dengan apa yang disebut toleransi
beragama, mengenal lebih apa yang disebut perbedaan dalam kebersamaan yang
memang menjadi dasar Negara Indonesia Bhineka Tunggal Eka, yang berarti
berbeda-beda namun tetap satu.
Perjalanan kami dimulai dengan
berkumpul di meeting point Jalan
Semarang, dan di Kampus II Universitas Negeri Malang. Dalam perjalanan menuju
Desa Ngadas kami mengendarai sepeda motor dengan berboncengan. Pemandangan alam
pegunungan yang ada di sebelah kiri dan kanan menjadi hiburan kami dalam
perjalanan dari kota yang penuh kemacetan, bising deru kendaraan, polusi asap
yang membuat pembuluh darah di kepala menegang. Udara segar, terik matahari
pagi yang menyinari desa ini menambah semangat kami untuk mengabdi untuk
pertama kalinya di SDN 1 NGADAS. Kepenatan kami hilang dikala tawa, canda
gurau, teriakan adik-adik SDN 1 NGADAS terdengar ketika kami datang dan senyum
semangat mereka pancarkan ketika kami menghampiri setiap kelas dimana tempat
menimba ilmu serta tempat titian harapan orang tua mereka akan masa depan yang
lebih baik serta membanggakan hati. Sapa ceria menggema di setiap kelas dikala
kami memulai “ice breaking”, rasa
senang dan gembira kami rasakan bersama dengan adik-adik SDN 1 NGADAS, meskipun
ada adik-adik yang juga mungkin tidak begitu senang akan kehadiran kami, namun
itulah salah satu tantangan kami agar bisa menjadikan semua anggota kelas
menjadi aktif, kelas menjadi hidup dan tidak ada kesenjangan antara teman
sekelas.
Membuat media merupakan hal wajib
untuk bahan belajar mengajar, dengan ini kreatifitas dan imajinasi kami di uji
dan di asah, revisi demi revisi kami dapatkan demi membuat media yang bagus,
menarik, dan tentunya membuat semangat adik-adik lebih semangat belajar dengan
kami, bisa bersama-sama belajar dengan kami. Termasuk hasta karyalah yang
membuat kami bisa tahu bahwa dalam memberi ilmu bukan hanya dalam bentuk materi
pemebelajaran akademik, namun juga ilmu lain. Seni, nilai rasa tanggung jawab,
kerja keras, kerja sama, serta karakter baiklah yang secara implisit kami
bagikan kepada adik-adik agar bukan hanya pintar dalam masalah nilai akademik
saja, namun juga dalam nilai lain yang bersifat bukan angka.
Pada tulisan ini kami memiliki berbagai pengalaman dari
kegiatan yang kami lakukan pada tiap kelas di SDN 1 Ngadas dimulai dari kelas 1
hingga kelas 6. Kelas 1 dipegang oleh kak Shofia dan Ratih, kelas 2 kak Cici
dan kak Isna, kelas 3 kak shabrina dan kak Zalfa, kelas 4 kak Afelia dan kak
Wawan, kelas 5 kak Grahandy dan kak Rachima sedangkan kelas 6 kak Prima Syam
dan kak Ramadhani.
Kelas 1
Pada pengabdian akbar 1 ini kak Shofi dan kak Ratih
mengajar kelas 1. Kelas 1 memiliki ruang kelas yang cukup strategis dimana
ruang kelas mereka terpisah dengan kelas lainnya, sangat luas dan terang dengan
dinding tembok yang dipasang berbagai hiasan. Fasilitas kelas juga cukup
memadai, meskipun masih terbilang tradisional dengan menggunakan papan dan
kapur tulis. Kelas ini memiliki jumlah siswa terbanyak dibandingkan kelas lain
yakni berjumlah 23 anak yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan. Kesan pertama bertemu mereka yaitu mereka adalah anak-anak yang
pendiam, manis, lucu, dan lugu dengan kepolosan dan sifat apa adanya mereka.
Meskipun di beberapa kesempatan terkadang mereka terlihat sedikit ramai dan
brutal karena sifat alamiah mereka yang suka bermain dan bercanda. Proses
pembelajaran selama 4 kali pertemuan berjalan menyenangkan dibuktikan dengan
antusias mereka yang cukup tinggi. Mereka selalu tertarik dengan hal-hal baru nan unik, terlebih pada kegiatan hasta
karya dan sosiodrama. Banyak pelajaran berharga yang kami dapatkan dari mereka,
salah satunya mereka memiliki semangat dan jiwa pantang menyerah yang tinggi
dalam melakukan apapun, hal inilah yang turut memotivasi kami agar selalu
semangat dalam menjalani kerasnya hidup iniJ
Kelas 2
Pada pengabdian akbar 1 kak Cindy atau yang kerap dipanggil
Cici dan kak Isna mengajar di kelas 2, adik-adik kelas 2 di minggu pertama
pengabdian sangat kondisional. Mereka bersemangat mendapatkan pengetahuan baru
dan menjadi adik-adik penurut. Hal itu menjadikan kak Cici dan kak Isna berani
untuk menggunakan media sayur asli di pengabdian minggu kedua. Seperti kalimat
yang sering dijumpai bahwa jangan terlalu berekspektasi tinggi, kadang
kenyataan tak semulus perencanaan. Pada pengabdian minggu kedua, kak Isna
berhalangan hadir sehingga hanya kak Cici yang mengajar adik-adik kelas 2.
Ketika kelas dimulai, suasana masih lumayan kondusif, namun saat media
pembelajaran dibagikan kepada masing-masing kelompok yang telah dibagi
sebelumnya, suasana sangat kacau. Sayur yang menjadi media pembelajaran
dikonsumsi oleh adik-adik, mereka berlari ke sana ke mari, mengambil sayur
kelompok lain kemudian memakannya. Kebetulan sayur yang kak Cici jadikan media
pembelajaran adalah sayur yang mereka suka. Untung saja ada kak Tyas yang
membantu kak Cici, tidak terbayangkan bagaimana jika tidak ada kak Tyas saat
itu. Jumlah adik-adik kelas 2 ini menempati urutan ketiga terbanyak di SDN 1
Ngadas, yaitu 20 anak. Tentu saja tiap anak memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Wahyu si kecil jail tapi cengeng, Ayu si penyabar dan perasa,
Reja si bandel yang suka cari perhatian, Adam si pendiam, Aisyah si pemberani,
lincah, dan paling tegar, Mudita si penurut dan pemalu, Ila yang sering panik,
dan masih banyak lagi adik-adik yang selalu membuat rindu tiap kali mengingat
mereka.
Hingga pada hari terakhir
pengabdian, saat kak Isna dan kak Cici berpamitan kepada adik-adik dan meminta
dua orang dari mereka untuk memberikan kesan dan pesan di depan kelas, mereka
menawarkan untuk membuat surat kepada kak Cici dan kak Isna yang otomatis
disetujui oleh teman-teman saya. Surat itu dibaca setelah sampai kos. Isi surat
dari adik-adik membuat kak Isna dan kak Cici terharu. Mereka menuliskan harapan
untuk berjumpa lagi dengan mereka, nasihat untuk hati-hati di jalan, permintaan
maaf karena bandel di kelas, dan terima kasih. Salah satu dari mereka bahkan
menuntun Isna dan Cici ke papan tulis kemudian ia menuliskan keengganannya
untuk membiarkan kami pergi. Ketika Cici dan Isna harus benar-benar pamit,
beberapa dari mereka menangis. Perpisahan memang berat, namun kami harus
melanjutkan langkah menuju tempat selanjutnya. Semoga kelak kami dipertemukan
kembali dengan adik-adik yang telah mengisi lembaran kisah hidup kami.
Kelas 3
Pada pengabdian akbar 1 kelas 3 diajar
oleh kak Zalfa dan kak Shabrina, Hari pertama ini mereka memberikan materi tentang hari-hari
dalam seminggu menggunakan bahasa inggris. Selama pembelajaran berlangsung,
mereka dihadapkan pada adik-adik yang sangat aktif. Mereka menyukai berbagai
permainan dan ice breaking yang menarik. Pengabdian berikutnya, kak Zalfa dan
kak Shabrina membawa media Pop Up Hobbies yang cukup menarik perhatian kelas 3.
Mereka memberikan perhatian ketika kak Zalfa menjelaskan materi menggunakan
media yang dibawa. Suasana kelas hari
itu lebih kondusif daripada minggu kemarin. Namun ternyata, suasana ini tidak
berlangsung lama. Ketika pembelajaran berlangsung ada seorang siswa yang
bersandar pada papan di sisi kiri kelas, karena itulah papan pembatas itu jatuh
dan menimpa siswi kelas 5 yang posisinya tepat di sebelah ruang kelas 3.
Kejadian ini menyebabkan terjadinya perkelahian kecil antara kelas 3 dan kelas
5. Pada minggu keempat diadakan evaluasi mengenai materi-materi yang sudah
pernah diajarkan tidak lupa kak zalfa mereview pengetahuan adik-adik pada
minggu keempat kak shabrina tidak bisa hadir. Setelah semua kertas evaluasi
terkumpul, kak Zalfa menyampaikan kepada adik-adik bahwa hari itu merupakan
kedatangan terakhir dia di kelas mereka. Rasa sedih perlahan datang,apalagi
saat melihat sesosok adik yang matanya berkaca-kaca. Senang rasanya bisa
mengabdi di SDN Ngadas 1 ini. Melihat semangat adik-adik untuk menimba ilmu
menjadi semangat baru untuk kami. Pengalaman ini juga mengingatkan kami bahwa
menjadi seorang pengajar tidaklah mudah.Banyak hal yang harus mereka
korbankan.Baik itu waktu,tenaga,bahkan materi.Maka dari itu dari pengalaman ini
kami pun belajar untuk lebih menghargai mereka yang sudah berkorban untuk kami.
Pengalaman kali ini pun membuat kami lebih bersemangat untuk terus
berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Kelas 4
Pada pengabdian akbar 1 kak Afelia dan kak Wawan mendapat
pembagian mengajar pada kelas 4, muridnya berjumlah 13 orang. Pada kelas 4 Afelia
dan Wawan mendapat berbagai pengalaman yang sangat banyak mulai dari mengetahui
berbagai karakter siswa yang berbeda-beda, ada yang aktif, sedang, dan kurang
aktif seperti malu-malu sehingga di situ peran saya sebagai seorang pengajar
mulai terasah. Bagaimana cara mereka menyikapi hal tersebut, terkadang timbul
rasa jengkel saat menyampaikan materi ditambah fokus mereka teralihkan oleh
sesuatu yang lain. Mengingat kondisi kelas 3 dan kelas 4 yang kelasnya di
gabung membuat kelas tidak kondusif ditambah situasi pada kelas 3 sangat heboh
sehingga merusak konsentrasi dari pembelajaran kelas 4, tapi itu bukan suatu
masalah yang besar kita tetap berusaha membuat para siswa kelas 4 konsentrasi
terhadap materi yang kita sampaikan mulai dari pembelajaran minggu pertama dan
minggu ke 3. Materi yang kita berikan dapat diterima para siswa dengan baik hal
tersebut terbukti saat dilakukannya evaluasi pada minggu ke 4. Tak tertinggal juga semoga materi pembelajaran yang
telah kami berikan dapat menambah ilmu dan pengetahuan adek-adek SDN 1 NGADAS
sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya hingga ke depan, setelah melakukan
pengabdian ini kami dapat mendapatkan ilmu yang sangat berharga sebagai
pengalaman kita khususnya dalam bidang mengajar.
Kelas 5
Pada pengabdian akbar 1 kak Grahandy dan kak Rachima mendapat pembagian mengajar pada kelas 5.
Pada minggu pertama kelas terlihat kondusif akan
tetapi anak-anak di kelas 5 masih malu-malu. Pada pengabdian akbar selanjutnya
baru terlihat antusias mereka ketika kak
Rachima dan kak Grahandy memberikan materi menggunakan media pembelajaran dan
hasta karya. Anak kelas 5 sangat suka ketika kak Rachima memberikan beberapa
ice breaking seperti menyanyi dan bertepuk tangan. Saat sosiodrama meskipun
banyak yang masih malu-malu saat berperan menjadi beberapa tokoh akan tetapi
kelas 5 mampu menampilkan drama yang menarik dengan kemampuan yang mereka
miliki. Saat pengabdian terakhir kelas yaitu ketika kak Rachima dan kak
Grahandy berpamitan mereka yaitu anak kelas 5 seakan tidak rela ketika mereka
pulang.
Kelas 6
Pada pengabdian
akbar 1 kak Ramadhani dan kak
Prima Syam mendapat pembagian mengajar pada kelas 6.Kelas enam terdiri dari 14 anak yaitu 7
anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Pada minggu pertama kelas terlihat
kondusif akan tetapi anak-anak masih kurang berpartisipasi saat disuruh maju
kedepan untuk ikut dalam mengaplikasikan media pembelajaran yang telah dibuat.
Pada minggu kedua kak Ramadhani berhalangan hadir kala itu, sehingga hanya
temannya Prima Syam yang mengajar. Syam bercerita bahwa pada minggu kedua kelas
mulai tidak kondusif terlebih saat melakukan kegiatan hasta karya. Di kelas
enam ada dua anak yang paling nakal yaitu Sabar dan Adi. Sabar memiliki
karakter yang keras kepala dan tidak mau mengalah sedangkan Adi memiliki sifat
mudah tersinggung. Ada beberapa anak yang menarik perhatian dia bernama Nurul
dan Khusnul dari awal pengabdian sampai akhir pengabdian mereka merupakan aktif,jujur
dan pandai diantara anak yang lain. Kami memaklumi keadaan tersebut mengingat
mereka masih terbilang anak-anak yang masih perlu dibimbing khususnya membentuk
karakter mereka. Pada hari terakhir pengabdian saat kak Ramadhani dan kak Syam
berpamitan untuk pulang dan memberitahu mereka bahwa hari tersebut adalah hari
terkahir kak Syam dan kak Rama datang di sekolah tersebut, mereka memberikan
ekspresi tidak rela ketika mereka akan pulang.
Mereka tetap ingin kak Syam dan kak Rama setiap hari Sabtu datang untuk
mengajari mereka bahasa Inggris. Dari pengalaman tersebut kami mendapat
pelajaran bahwa untuk menjadi guru yang baik tidak hanya mengajar dan
memberikan materi saja tapi kita harus tau karakter dari tiap anak tersebut,
cara belajarnya dan tau apa yang mereka butuhkan saat belajar. Terimakasih kepada
adik-adik SDN 1 Ngadas terutama kelas 6 yang sudah mau menerima kak Ramadhani
dan kak Syam untuk belajar bersama kalian.
Pengabdian kami memang tidak
berjalan seperti planing kelompok
serta kakak-kakak LO kami yang sudah merencanakan dengan baik namun tidak
terlaksana. Senam yang seharusnya kami laksanakan dengan adik-adik sambil
menikmati dingin segarnya udara Desa Ngadas namun tak dapat kami lakukan karena
keberangkatan kami tidak bisa sesuai rencana. Penampilan fashion show dan karnavalpun juga tidak dapat terlaksana karena
adik-adik mendapat tamu istimewa yang berasal dari negeri gingseng, Korea.
Mungkin memang ini kesalahan kami dalam Pengabdian Akbar I ini, namun ini kami
jadikan pelajaran agar kami bisa lebih baik lagi kedepannya.
Diakhir pengabdian kami, kelompok
Hastinapura, kami mengadakan tes untuk mengukur kemampuan adik-adik. Tepatnya
tanggal 27 Oktober 2018, tes terlaksana dengan baik yang diawali dengan review materi untuk kesiapan adik-adik,
banyak dari mereka yang jujur dalam mengerjakan soal tes, namun juga ada yang
masih mencontek, kami mencoba untuk menanamkan kejujuran pada setiap adik-adik
dengan menegurnya. Kami merasa senang dengan antusiasme adik-adik yang ingin
mengoreksi dengan seksama hasil tes mereka agar mereka tau akan kemampuan
mereka.
Setelah tes selesai kami melakukan
apel penutupan pengabdian sebagai tanda perpisahan kami dengan adik-adik SDN 1
NGADAS. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak sekolah yang sudah mau
menerima kehadiran kami untuk sedikit mengabdi dan berbagi pengetahuan kepada
adik-adik. Mereka semangat mengikuti apel karena setiap kelas akan mendapat
hadiah karena setiap kelas mendapat nominasi kelas yang berbeda-beda, dari
kelas terlucu, terheboh, terrajin dan masih banyak lagi. Kisah sedih kami
dapatkan ketika kami akan melangkahkan kaki untuk pulang. Adik-adik kelas 2
menagis terharu akan kepergian salah satu anggota kelompok Hastinapura, yaitu kak
Cici yang mengajar kelas 2. Hampir semua adik-adik kelas 2 tidak ingin bila kak
Cici pergi dan tidak mengajak mereka bermain, belajar, dan bernyanyi lagi.
Adik-adik menarik-narik kak Cici agar tidak pergi dan diajak kembali ke dalam kelas. Namun akhirnya
dengan pengertian dari bu guru, mereka bisa mengerti.
Kami berharap bisa datang lagi dan
melihat adik-adik SDN 1 NGADAS tumbuh dengan semangat serta kecerian yang
sedikit kami berikan, kami tidak menginginkan mereka ingat kepada kami, namun
yang kami inginkan mereka dapat mengingat dan mengenang semangat serta
keceriaan bersama kami.
Komentar
Posting Komentar